مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ ۗ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
maṡalu mā yunfiqūna fī hāżihil-ḥayātid-dun-yā kamaṡali rīḥin fihā ṣirrun aṣābat ḥarṡa qaumin ẓalamū anfusahum fa ahlakath(u), wa mā ẓalamahumullāhu wa lākin anfusahum yaẓlimūn(a).
Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 117
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 117
Dalam ajaran Islam, harta yang dikeluarkan untuk kebaikan namun tanpa didasari iman yang benar, atau hanya untuk mencari popularitas, diibaratkan seperti tanaman yang terkena angin dingin yang sangat kencang. Angin tersebut menghancurkan tanaman yang siap dipanen, sehingga pemiliknya tidak mendapatkan hasil apapun. Hal ini menggambarkan bahwa amal perbuatan yang tidak disertai keimanan yang tulus akan sia-sia dan tidak membawa manfaat, baik di dunia maupun di akhirat.
Misalnya, seseorang mungkin mengeluarkan hartanya untuk membangun fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, atau infrastruktur lainnya dengan harapan mendapatkan ganjaran dari Allah. Namun, jika amal tersebut hanya dilakukan untuk mendapatkan pujian manusia dan tidak didasari oleh iman yang benar, maka amal tersebut akan sia-sia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu seperti debu yang beterbangan” (Al-Furqan 25:23). Ini berarti amal yang tidak disertai dengan iman akan hancur seperti debu yang tertiup angin.
Orang-orang kafir, meskipun mereka mungkin melakukan kebaikan, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar. Mereka tampak seperti mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, namun sebenarnya tidak ada apa-apa ketika didekati (An-Nur 24:39). Allah tidak menganiaya mereka dengan tidak memberikan ganjaran, tetapi mereka sendiri yang merugikan diri mereka karena tidak mau beriman meskipun sudah ada banyak bukti tentang kebenaran ajaran Islam.
Secara ilmiah, tanaman yang terkena angin dingin akan mengalami kerusakan pada sel-selnya. Air dalam sel akan membeku, membentuk kristal es yang dapat merusak dinding sel. Hal ini menyebabkan daun terlihat seperti terbakar. Fenomena ini sering terjadi pada tanaman teh di pegunungan Jawa Barat yang dikenal dengan embun api (Ibun Bajra).
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa harta yang dibelanjakan tanpa mengikuti kehendak Allah akan merusak pelakunya, mirip dengan bagaimana suhu dingin merusak tanaman. Perubahan cuaca ekstrem dapat mengganggu proses metabolisme tanaman, menyebabkan disfungsi organ, pertumbuhan yang tidak normal, atau bahkan kematian tanaman.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 117
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.