اِذْ هَمَّتْ طَّۤاىِٕفَتٰنِ مِنْكُمْ اَنْ تَفْشَلَاۙ وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
iż hammat-ṭā’ifatāni minkum an tafsyalā, wallāhu waliyyuhumā, wa ‘alallāhi falyatawakkalil-mu’minūn(a).

Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.

Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 122

Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 122

Perang Uhud adalah salah satu momen penting dalam sejarah Islam yang mengajarkan umat tentang pentingnya ketaatan, tawakal, dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan. Dalam peristiwa ini, terdapat pelajaran berharga bagi umat Islam mengenai cara menghadapi kesulitan dan tetap berpegang pada keyakinan.

Dua Golongan yang Nyaris Mundur

Dalam situasi yang sulit ini, dua golongan dari umat Islam hampir mundur dari pertempuran. Golongan tersebut adalah Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani Haritsah dari suku Aus. Mereka merasa takut dan hampir membatalkan niat mereka untuk ikut berperang setelah mengetahui bahwa sepertiga dari pasukan Islam, yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay, telah kembali ke Medinah dan tidak ikut bertempur. Kondisi ini tentu saja menambah ketidakpastian dan kecemasan di kalangan mereka.

Pentingnya Tawakal kepada Allah

Meskipun ada rasa takut dan keputusasaan di tengah-tengah mereka, golongan Bani Salamah dan Bani Haritsah akhirnya mampu mengatasi perasaan tersebut. Mereka menyadari bahwa meskipun jumlah prajurit dan perlengkapan perang mungkin tidak memadai, tawakal kepada Allah adalah kunci utama dalam menghadapi segala bentuk kesulitan. Allah adalah penolong mereka dan kekuatan utama di balik perjuangan mereka.

Keyakinan dan Kesabaran

Keberhasilan mereka untuk terus maju dan tidak mundur berasal dari keyakinan mereka bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bersabar dan bertakwa. Mereka tetap berpegang pada keyakinan bahwa tawakal kepada Allah lebih penting daripada mengandalkan jumlah prajurit atau perlengkapan perang. Ketaatan kepada perintah Allah dan kesabaran dalam menghadapi cobaan adalah faktor-faktor yang memberikan kekuatan dan keberhasilan.

Peristiwa Perang Uhud memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya tawakal kepada Allah, ketaatan, dan keteguhan hati. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, umat Islam diajarkan untuk tetap percaya bahwa Allah adalah penolong yang utama. Dengan kesabaran dan keyakinan, mereka dapat mengatasi segala rintangan dan mencapai keberhasilan.

Gambar Surat Ali Imran Ayat 122

Gambar Surat Ali Imran Ayat 122

Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran

Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.

Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.

Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.

Tujuan Penulisan 

Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.

Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.

Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.

Kapan Surat Ini Ditulis?

Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.

Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.

Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.

Siapa yang Menulis Surat Ini?

Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.

Tujuan Turun Surat Ali Imran

Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.

Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.

Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.

Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.

 

Author

Seorang guru honorer yang tak mau naik jabatan PNS. Aktif memberikan edukasi lewat berbagai konten dan forum akademisi sambil berharap mampu merubah tingkat literasi masyarakat Indonesia.Pekerjaan: Influencer Media Sosial dan Tenaga Pengajar (Guru).

Write A Comment