لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ
laisa laka minal-amri syai’un au yatūba ‘alaihim au yu‘ażżibahum fa innahum ẓālimūn(a).
Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 128
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 128
Apa yang Terjadi di Perang Uhud?
Perang Uhud adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dalam perang ini, umat Islam mengalami kekalahan yang sangat menyakitkan. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat mengalami berbagai cobaan.
Salah satu peristiwa yang paling memilukan adalah gugurnya paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib. Beliau dibunuh dengan sangat keji oleh musuh-musuh Islam. Nabi Muhammad SAW sendiri juga mengalami luka-luka yang cukup parah.
Reaksi Nabi Muhammad SAW
Melihat peristiwa tragis yang menimpa umat Islam, Nabi Muhammad SAW merasa sangat sedih dan terpukul. Beliau berdoa kepada Allah SWT agar memberikan hukuman kepada orang-orang kafir yang telah berbuat keji.
Namun, Allah SWT mengingatkan Nabi Muhammad SAW bahwa urusan menjatuhkan hukuman kepada manusia adalah hak mutlak-Nya. Allah SWT berhak untuk mengampuni atau menyiksa hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Pelajaran dari Peristiwa Uhud
Dari peristiwa Perang Uhud, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting, di antaranya:
- Kemenangan dan kekalahan adalah ketentuan Allah: Allah SWT yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam suatu peperangan. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha sekuat tenaga dan berdoa kepada-Nya.
- Sabar dalam menghadapi cobaan: Ketika ditimpa musibah, kita harus tetap sabar dan tawakal kepada Allah.
- Tidak boleh dendam: Meskipun merasa sakit hati, kita tidak boleh membalas dendam. Pembalasan adalah hak Allah SWT.
- Ikhlas dalam beribadah: Kita harus selalu ikhlas dalam beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT.
Peristiwa Perang Uhud mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan. Kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan, baik itu suka maupun duka. Yang terpenting adalah kita selalu berpegang teguh pada agama dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tafsir ayat ini hanya sebagian kecil dari penjelasan mengenai peristiwa Uhud. Untuk pemahaman yang lebih jelas, sebaiknya kita membaca tafsir Al-Quran secara lengkap di website gurugembul.id.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 128
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.