اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۙ اِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطٰنُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوْا ۚ وَلَقَدْ عَفَا اللّٰهُ عَنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ ࣖ
innal-lażīna tawallau minkum yaumal-taqal-jam‘ān(i), innamastazallahumusy-syaiṭānu biba‘ḍi mā kasabū, wa laqad ‘afallāhu ‘anhum, innallāha gafūrun ḥalīm(un).

Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau), tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.

Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 155

Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 155

### Pelajaran dari Perang Uhud: Kesalahan dan Ketabahan

Saat Perang Uhud, beberapa Muslimin meninggalkan posisi pertahanan mereka, terutama para pemanah. Mereka merasa musuh sudah kalah dan tergoda untuk mencari harta rampasan. Akibatnya, posisi mereka kosong dan musuh mengambil alih, yang menyebabkan kekacauan di pihak Muslimin dan serangan bertubi-tubi dari musuh. Namun, setelah menyadari kesalahan mereka, Allah mengampuni mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun dan menyantuni umat-Nya.

Sejarah peperangan dalam Islam menunjukkan bahwa tidak ada satu pun yang dimulai oleh Muslimin. Nabi dan para sahabat bertindak defensif, hanya berperang untuk mempertahankan diri. Prinsip ini tercantum dalam Al-Qur’an: “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah melampaui batas” (al-Baqarah/2:190). Jika musuh mengajak damai, umat Islam harus segera menerima tawaran tersebut (al-Anfal/8:61).

Dalam Perang Badar, yang terjadi pada bulan Ramadan tahun kedua setelah hijrah, Muslimin mempertahankan diri dengan keberanian. Di Perang Ahzab (Perang Parit) sekitar tahun kelima setelah hijrah, musuh yang berjumlah 10.000 orang bersekutu dengan Yahudi yang berkhianat. Meskipun mereka datang dengan kekuatan besar, mereka akhirnya mundur dengan kegagalan.

Perang Uhud terjadi setahun setelah Perang Badar. Musuh, yang datang dari Mekah dengan 3.000 pasukan, ingin membalas kekalahan mereka sebelumnya. Dalam perang ini, Muslimin menghadapi cobaan yang berat. Nabi Muhammad SAW berkonsultasi dengan para sahabatnya mengenai strategi. Beberapa ingin bertahan di dalam kota, sementara yang lain berpendapat untuk menyongsong musuh di luar kota agar penduduk tidak menjadi korban.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menghadapi musuh di kaki Gunung Uhud. Pada 7 Syawal tahun ketiga Hijrah, sekitar 700 hingga 1.000 prajurit Muslimin bersiap menghadapi pertempuran. Posisi mereka dilindungi oleh lembah curam dan pasukan pemanah di belakang mereka.

Awalnya, pertempuran menguntungkan Muslimin. Namun, ketika para pemanah meninggalkan pos mereka untuk mengejar harta rampasan, musuh memanfaatkan kesempatan itu. Akibatnya, pertempuran menjadi lebih sengit dan banyak sahabat yang gugur, termasuk Hamzah, paman Rasulullah.

Rasulullah sendiri terluka, namun ia tetap tenang dan memimpin pasukan dengan keberanian. Meskipun mengalami banyak luka, keesokan harinya, Muslimin kembali ke medan pertempuran. Akhirnya, Abu Sufyan dan pasukan Mekah mundur, menyelamatkan Medinah.

Dari peristiwa ini, kita bisa belajar tentang pentingnya iman, kesetiaan, dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan.

Gambar Surat Ali Imran Ayat 155

Gambar Surat Ali Imran Ayat 155

Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran

Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.

Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.

Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.

Tujuan Penulisan 

Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.

Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.

Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.

Kapan Surat Ini Ditulis?

Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.

Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.

Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.

Siapa yang Menulis Surat Ini?

Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.

Tujuan Turun Surat Ali Imran

Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.

Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.

Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.

Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.

 

Author

Seorang guru honorer yang tak mau naik jabatan PNS. Aktif memberikan edukasi lewat berbagai konten dan forum akademisi sambil berharap mampu merubah tingkat literasi masyarakat Indonesia.Pekerjaan: Influencer Media Sosial dan Tenaga Pengajar (Guru).

Write A Comment