اَلَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِ مِنْۢ بَعْدِ مَآ اَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۖ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا اَجْرٌ عَظِيْمٌۚ
al-lażīnastajābū lillāhi war-rasūli mim ba‘di mā aṣābahumul-qarḥ(u), lil-lażīna aḥsanū minhum wattaqau ajrun ‘aẓīm(un).
(yaitu) orang-orang yang menaati (perintah) Allah dan Rasul setelah mereka mendapat luka (dalam Perang Uhud). Orang-orang yang berbuat kebajikan dan bertakwa di antara mereka mendapat pahala yang besar.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 172
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 172
Perang Uhud merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dalam pertempuran ini, umat Islam mengalami kekalahan yang pahit. Namun, di balik kekalahan tersebut, terdapat pelajaran berharga tentang iman dan keteguhan hati.
Al-Qur’an menggambarkan para sahabat Nabi Muhammad SAW yang ikut dalam perang tersebut sebagai pejuang sejati. Meskipun mengalami luka dan kekalahan, mereka tetap teguh beriman dan tidak goyah dalam menjalankan perintah Allah.
Apa yang dimaksud dengan pejuang sejati menurut Al-Qur’an?
Sederhananya, pejuang sejati adalah mereka yang selalu patuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya, bahkan saat menghadapi kesulitan sekalipun. Mereka tidak mudah menyerah dan selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini?
Kisah Perang Uhud mengajarkan kita tentang pentingnya iman yang kuat, ketaatan pada perintah Allah, kesabaran dalam menghadapi cobaan, dan terus berusaha untuk berbuat baik.
Intinya, kita semua bisa belajar dari para sahabat Nabi yang telah menunjukkan teladan yang sangat baik. Mereka telah mengajarkan kita bagaimana cara menjadi seorang muslim yang sejati, yaitu seorang muslim yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dan selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
Tidak peduli seberapa sulit cobaan yang kita hadapi, kita harus tetap beriman dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan begitu, kita akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
Apakah Anda ingin membahas lebih lanjut tentang tema ini? Misalnya, kita bisa membahas tentang sifat-sifat seorang pejuang sejati atau bagaimana cara kita menerapkan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 172
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.