اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
al-lażīna qāla lahumun-nāsu innan-nāsa qad jama‘ū lakum fakhsyauhum fa zādahum īmānā(n), wa qālū ḥasbunallāhu wa ni‘mal-wakīl(u).
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 173
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 173
Dalam kehidupan ini, setiap orang yang setia pada Allah dan Rasul-Nya akan meraih pahala yang besar. Salah satu bentuk ketaatan tersebut adalah dengan mengikuti perintah Allah untuk berjuang di jalan-Nya, meski tantangan dan ancaman terus datang. Seperti yang terjadi pada masa Rasulullah, ketika para mujahidin dihadapkan pada ancaman musuh yang lebih kuat, namun mereka tetap teguh dan tidak goyah.
Menghadapi Ancaman Pasukan Musyrikin
Pada suatu masa, pasukan Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan, panglima perang kaum musyrikin Mekah, kembali dari Perang Uhud. Setibanya mereka di suatu tempat bernama Ruha, mereka merasa menyesal atas kekalahan yang mereka alami dan berencana untuk melanjutkan perang melawan kaum Muslimin. Berita ini sampai ke telinga Rasulullah saw., dan beliau segera mengumpulkan pasukan Muslimin untuk mempersiapkan diri menghadapi serangan lanjutan dari Abu Sufyan dan tentaranya.
Namun, pada saat itu sebagian pasukan Muslimin yang terluka dalam pertempuran sebelumnya sudah sangat lelah. Rasulullah memerintahkan agar hanya mereka yang sudah ikut dalam pertempuran sebelumnya yang turut dalam persiapan kali ini. Meskipun kondisi tubuh mereka masih belum pulih sepenuhnya, semangat mereka untuk berjuang tetap tinggi.
Teror dari Kaum Munafik
Di tengah persiapan tersebut, sebagian orang yang tidak setia (kaum munafik) mencoba menakut-nakuti pasukan Muslimin. Mereka mengabarkan bahwa pasukan musyrikin Quraisy telah mengumpulkan kekuatan yang lebih besar dan lebih siap untuk menyerang lagi. Dengan nada mengejek dan mencoba menanamkan rasa takut, mereka mengatakan kepada kaum Muslimin, “Quraisy sudah mengumpulkan pasukan yang lebih besar, mereka lebih siap dan akan menyerang kalian.”
Namun, meskipun teror dan ancaman itu terus datang, para mujahidin tetap tidak merasa gentar. Bahkan, kata-kata itu malah semakin menambah kekuatan iman mereka. Dengan tegas, mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.”
Keimanan yang Tidak Tergoyahkan
Meskipun berita tentang kekuatan musuh yang semakin besar dan lebih siap berperang terus menyebar, para mujahidin tetap yakin bahwa Allah adalah pelindung yang paling kuat. Mereka percaya bahwa hanya dengan pertolongan Allah mereka akan mampu menghadapi segala ancaman dan bahaya. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada-Nya, yakin bahwa Allah akan memberikan perlindungan dan kemenangan bagi mereka.
Keberanian dan keteguhan hati para mujahidin ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keimanan di tengah ancaman dan kesulitan. Meski teror dan ancaman datang dari berbagai arah, jika seseorang sudah yakin dan bertawakal kepada Allah, maka tidak ada yang bisa menggoyahkan keyakinannya.
Peristiwa ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi tantangan hidup, apalagi yang berhubungan dengan perjuangan di jalan Allah, kita harus tetap teguh dan tidak mudah terpengaruh oleh ketakutan yang ditanamkan oleh musuh atau orang-orang yang tidak mendukung perjuangan tersebut. Iman yang kuat dan tawakal kepada Allah adalah kunci untuk tetap tegar dan berani, meskipun ancaman datang dari segala arah.
Seperti yang ditunjukkan oleh para mujahidin, mereka bukan hanya bertempur dengan kekuatan fisik, tetapi dengan kekuatan iman yang tak tergoyahkan. Dengan demikian, meskipun musuh tampak lebih kuat, mereka yakin bahwa kemenangan hanya akan diperoleh dengan pertolongan dan izin Allah.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 173
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.