اِنَّ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
innal-lażīnasytarawul-kufra bil-īmāni lay yaḍurrullāha syai’ā(n), wa lahum ‘ażābun alīm(un).

Sesungguhnya orang-orang yang membeli kekafiran dengan iman, sedikit pun tidak merugikan Allah; dan mereka akan mendapat azab yang pedih.

Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 177

Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 177

Dalam kehidupan, ada orang yang tampaknya beriman, namun sebenarnya memiliki hati yang berbeda. Mereka berpura-pura mendukung kebaikan, tetapi sebenarnya lebih memilih kekafiran daripada keimanan. Ini adalah gambaran dari orang-orang munafik, yang sering kali memberi dampak negatif, baik pada diri mereka sendiri maupun masyarakat di sekitar mereka. Namun, meskipun tindakan mereka buruk, mereka tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Sebaliknya, mereka akan menerima akibat dari perbuatan buruk mereka itu.

Orang-orang yang berpura-pura beriman, namun di dalam hati mereka lebih memilih kekafiran, pada akhirnya tidak akan memberikan dampak apa pun kepada Allah. Mereka mungkin merasa bahwa mereka bisa mengelabui orang lain dengan sikap dan ucapan yang tampaknya baik, namun Allah Maha Mengetahui apa yang ada di hati setiap orang. Tindakan mereka yang buruk hanya akan merugikan diri mereka sendiri. Mereka akan mendapatkan hukuman yang pedih akibat kemunafikan dan kekafiran yang mereka pilih.

Apa yang Dilakukan Orang Munafik?

Orang-orang munafik ini sering kali menunjukkan sikap mendua. Di hadapan kaum Muslimin, mereka mungkin tampak seperti bagian dari umat yang beriman, tetapi pada saat yang sama, mereka mendukung atau bersekutu dengan orang-orang yang menentang Islam. Mereka lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan. Mereka tidak hanya berpaling dari kebenaran, tetapi juga membantu orang-orang yang berusaha melemahkan agama Allah.

Namun, meskipun mereka berusaha merusak dan memusuhi Islam, mereka sebenarnya tidak dapat memberikan mudarat sedikit pun kepada Allah. Allah Maha Kuasa, dan agama-Nya pasti akan dibela dan dilindungi. Justru, orang-orang munafik inilah yang pada akhirnya akan merasakan akibat buruk dari perbuatan mereka di akhirat kelak.

Meskipun mereka berpura-pura beriman dan berusaha merusak Islam, mereka tidak bisa mengalahkan kehendak Allah. Allah yang Maha Kuasa akan tetap melindungi agama-Nya dan membela umat-Nya. Pada akhirnya, mereka yang lebih memilih kekafiran dan kemunafikan daripada keimanan akan mendapatkan hukuman yang sangat berat, baik di dunia maupun di akhirat.

Inilah salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil: bahwa tidak ada satu pun yang dapat menggoyahkan kebenaran agama Allah. Orang yang berpura-pura beriman dan mendukung kekafiran akan menerima akibat dari pilihannya tersebut. Oleh karena itu, kita perlu selalu menjaga keimanan kita dengan tulus, dan tidak terpengaruh oleh sikap-sikap munafik yang hanya akan membawa kerugian bagi diri kita sendiri.

Gambar Surat Ali Imran Ayat 177

Gambar Surat Ali Imran Ayat 177

Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran

Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.

Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.

Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.

Tujuan Penulisan 

Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.

Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.

Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.

Kapan Surat Ini Ditulis?

Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.

Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.

Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.

Siapa yang Menulis Surat Ini?

Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.

Tujuan Turun Surat Ali Imran

Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.

Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.

Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.

Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.

 

Author

Seorang guru honorer yang tak mau naik jabatan PNS. Aktif memberikan edukasi lewat berbagai konten dan forum akademisi sambil berharap mampu merubah tingkat literasi masyarakat Indonesia.Pekerjaan: Influencer Media Sosial dan Tenaga Pengajar (Guru).

Write A Comment