الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
al-lażīna yażkurūnallāha qiyāmaw wa qu‘ūdaw wa ‘alā junūbihim wa yatafakkarūna fi khalqis-samāwāti wal-arḍ(i), rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā(n), subḥānaka fa qinā ‘ażāban-nār(i).
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 191
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 191
Orang yang memiliki akal sehat adalah mereka yang selalu merenungkan ciptaan Allah. Mereka tidak hanya melihat dan mengamati alam sekitar, tetapi juga menyadari kebesaran Sang Pencipta dalam setiap fenomena yang terjadi di jagat raya ini. Mereka memikirkan dengan mendalam tentang bagaimana langit, bumi, matahari, bulan, dan segala sesuatu di alam semesta ini tercipta dengan begitu teratur dan menakjubkan. Setiap ciptaan Allah mengandung hikmah dan tujuan yang lebih besar yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Orang-orang berakal ini mengingat Allah dalam berbagai keadaan, baik saat berdiri, duduk, berjalan, atau bahkan ketika berbaring menjelang tidur. Mereka berzikir kepada-Nya dengan hati, lisan, dan seluruh anggota tubuh, mengingat kebesaran Allah dengan penuh rasa syukur dan penghormatan.
Saat memikirkan ciptaan Allah, mereka akan merasa kagum dan semakin menguatkan iman mereka. Mereka akan berkata, “Ya Tuhan kami, segala ciptaan-Mu tidaklah sia-sia, semuanya ada hikmah dan tujuan. Maha Suci Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Kami memohon agar Engkau melimpahkan taufik kepada kami, agar kami mampu beramal saleh dan selamat dari azab neraka.”
Keutamaan Merenungkan Ciptaan Allah
Orang yang berakal, menurut Al-Qur’an, selalu berusaha memperoleh manfaat dari segala yang ada di sekitar mereka. Mereka memandang alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran Allah yang tak terbatas.
Setiap waktu, mereka tidak membiarkan satu momen pun berlalu tanpa merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi serta fenomena alam lainnya yang penuh dengan keajaiban. Mereka sadar bahwa dalam setiap detil kehidupan, terdapat kebijaksanaan dan nikmat Allah yang patut disyukuri.
Rasulullah SAW pun mengingatkan umatnya untuk tidak hanya merenungkan tentang ciptaan Allah, tetapi untuk tidak mencoba memahami hakikat Allah dengan keterbatasan akal manusia. Sebagai contoh, kita boleh memikirkan tentang langit, bumi, dan segala makhluk yang ada, namun kita tidak akan mampu mencapai pemahaman yang sempurna tentang Zat Allah. Namun, dengan merenungkan ciptaan-Nya, kita dapat menyadari betapa kecilnya kita di hadapan kebesaran Allah.
Penciptaan Langit dan Bumi yang Rumit
Penciptaan alam semesta, terutama langit dan bumi, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Dalam Al-Qur’an, seperti yang tercantum dalam Surah al-Araf (7:54), disebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi terjadi dalam enam masa (periode). Konsep “masa” atau “waktu” yang digunakan dalam ayat ini merujuk pada tahapan-tahapan panjang yang berlangsung dalam proses penciptaan alam semesta.
Dalam kajian ilmiah modern, proses penciptaan alam semesta—dari Big Bang hingga terbentuknya galaksi, bintang, dan planet—diuraikan dalam beberapa tahapan yang rumit. Sebagai contoh, masa pertama adalah saat terjadinya Big Bang, yang menandai terbentuknya ruang dan waktu.
Seiring berjalannya waktu, materi mulai terbentuk, dan alam semesta terus mengembang. Masa kedua mencakup pembentukan “sup kosmik,” yang diikuti dengan pembentukan inti atom, dan seterusnya hingga akhirnya terbentuklah planet, bintang, dan galaksi.
Fenomena Silih Bergantinya Malam dan Siang
Salah satu keajaiban alam yang patut kita renungkan adalah fenomena silih bergantinya malam dan siang. Proses ini terjadi karena rotasi bumi pada porosnya sambil mengelilingi matahari.
Ketika bumi berputar, bagian yang menghadap matahari mengalami siang, sementara bagian yang terhalang mengalami malam. Selain itu, rotasi bumi ini juga dipengaruhi oleh bulan dan planet-planet lain yang memberikan kestabilan terhadap rotasi bumi, sehingga pergerakan waktu tetap teratur dan stabil.
Para ilmuwan telah mempelajari fenomena ini dan menemukan bahwa stabilitas rotasi bumi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk gravitasi bulan, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Hal ini menunjukkan betapa cermat dan rumitnya penciptaan alam semesta ini, yang semuanya menunjukkan kekuasaan Allah yang Maha Besar.
Melalui penciptaan langit dan bumi, serta fenomena alam lainnya, kita diingatkan untuk merenungkan kebesaran Allah. Alam semesta ini tidaklah diciptakan dengan sia-sia, melainkan dengan tujuan yang sangat mendalam.
Setiap detil kehidupan adalah bagian dari rencana Tuhan yang sempurna, yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan mengingat-Nya dalam setiap langkah hidup kita. Para ilmuwan dan pemikir yang memiliki akal sehat (ulul albab) adalah mereka yang mampu melihat kebesaran Allah dalam setiap ciptaan-Nya dan meresapi hikmah dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Dengan merenungkan semua ini, kita akan semakin sadar betapa besar nikmat yang telah Allah berikan, dan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya. Maka, seperti yang diucapkan oleh orang-orang yang berakal, “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari siksa neraka.”
Gambar Surat Ali Imran Ayat 191
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.