اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۖ وَمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ
ulā’ikal-lażīna ḥabiṭat a‘māluhum fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa mā lahum min nāṣirīn(a).

Mereka itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 22

Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 22

Surat Ali Imran ayat 21 melanjutkan pembahasan tentang keburukan orang Yahudi di masa lampau, yang dijelaskan pada ayat sebelumnya. Kedua tafsir, Wajiz dan Tahlili, memberikan gambaran mengenai konsekuensi yang akan mereka terima atas perbuatan tersebut.

Tafsir Wajiz

Tafsir Wajiz secara ringkas menyatakan bahwa perbuatan orang Yahudi yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi serta pembela keadilan akan menjadi sia-sia. Semua amal perbuatan mereka, baik di dunia maupun di akhirat, menjadi tidak bermanfaat. Mereka pun tidak akan mendapatkan pertolongan dari azab Allah SWT di akhirat kelak.

Tafsir Tahlili

Tafsir Tahlili memberikan elaborasi lebih dalam tentang dampak buruk dari perbuatan tersebut. Menurut tafsir ini, Allah SWT akan membatalkan segala amal kebaikan yang pernah dilakukan orang Yahudi.

  • Di dunia – Mereka tidak akan mendapatkan pujian atau pengakuan atas amal tersebut. Sebaliknya, mereka akan dicela dan dikutuk Allah SWT, serta kejahatan mereka akan diungkap para nabi dan rasul.
  • Di akhirat – Mereka tidak akan memperoleh pahala atas amal tersebut, bahkan akan dihukum dengan azab yang pedih di neraka. Tidak ada seorang pun yang dapat memberi pertolongan untuk menyelamatkan mereka dari azab tersebut.

Tafsir Tahlili menjelaskan bahwa Allah SWT menghapuskan pahala amal mereka dan meniadakan pertolongan dari siapapun. Mereka akan menerima tiga bentuk azab:

  • Azab yang pedih – Semua bentuk penderitaan dan kesengsaraan akan menimpa mereka.
  • Kehilangan kenikmatan yang diharapkan – Segala pahala amal mereka di dunia akan terhapuskan, sehingga mereka tidak akan mendapatkan kenikmatan yang diharapkan di akhirat.
  • Siksaan yang terus-menerus – Mereka akan terus menerus menderita azab tersebut tanpa ada harapan untuk dibebaskan. Tidak ada seorang pun yang bisa menolong mereka.

Melalui tafsir Wajiz dan Tahlili, Surat Ali Imran ayat 21 menegaskan bahwa perbuatan menentang kebenaran dan keadilan akan berakibat fatal. Semua amal kebaikan menjadi sia-sia dan pelakunya akan menerima azab yang pedih di akhirat.

Ayat ini menjadi pengingat bagi umat manusia untuk senantiasa berpihak pada kebenaran dan menjauhi perbuatan tercela.

Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran

Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.

Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.

Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.

Tujuan Penulisan 

Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.

Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.

Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.

Kapan Surat Ini Ditulis?

Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.

Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.

Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.

Siapa yang Menulis Surat Ini?

Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.

Tujuan Turun Surat Ali Imran

Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.

Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.

Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.

Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.

 

Author

Seorang guru honorer yang tak mau naik jabatan PNS. Aktif memberikan edukasi lewat berbagai konten dan forum akademisi sambil berharap mampu merubah tingkat literasi masyarakat Indonesia.Pekerjaan: Influencer Media Sosial dan Tenaga Pengajar (Guru).

Write A Comment