ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍ ۖ وَّغَرَّهُمْ فِيْ دِيْنِهِمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Żālika bi’annahum qālū lan tamassanan nāru illā ayyāmam ma‘dūdāt(in), wa garrahum fī dīnihim mā kānū yaftarūn(a).
Hal itu adalah karena mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” Mereka teperdaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 24
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 24
Tafsir Wajiz
Pendekatan ini menawarkan tafsir yang ringkas, menyoroti keyakinan kaum Yahudi bahwa mereka akan menghadapi hukuman minimal di neraka – “beberapa hari” – kemudian diselamatkan. Kesalahpahaman ini, menurut tafsir tersebut, berasal dari kesalahan penafsiran ajaran agama mereka secara sengaja.
Tafsir Tahlili
Tafsir ini mengidentifikasi kepercayaan yang mengakar di kalangan orang Yahudi bahwa mereka hanya akan menanggung siksa singkat di neraka. Keyakinan ini, menurut tafsir tersebut, dipicu oleh rasa berhak istimewa karena garis keturunan mereka yang terkait dengan para nabi. Mereka percaya bahwa warisan dan ketaatan mereka pada agama Yahudi menjamin mereka masuk surga.
Tafsir ini menekankan bahwa mengabaikan peringatan ilahi karena kepercayaan yang tidak berdasar akan mengarah pada pengabaian perintah dan larangan Tuhan. Lebih lanjut, tafsir ini menarik persamaan antara pendirian kaum Yahudi dan potensi penyimpangan dari keimanan dalam komunitas lain, termasuk umat Islam.
Tafsir tahlili menguraikan lebih lanjut tentang kepercayaan khusus kaum Yahudi tentang menanggung siksa neraka untuk jangka waktu terbatas, sering disebut sebagai empat puluh hari – akibat dari penyembahan berhala mereka di masa lalu. Namun, tafsir tersebut menekankan tidak adanya sumber kredibel untuk klaim ini, dan menganggapnya sebagai fabrikasi belaka dari kaum Yahudi.
Tafsir ini selanjutnya menyebutkan keyakinan tak berdasar kaum Yahudi lainnya yang telah menyesatkan mereka, seperti menjadi “anak-anak Tuhan” dan bergantung pada nabi leluhur untuk syafaat. Terakhir, tafsir tersebut menyebutkan janji yang diduga dari Tuhan kepada Yakub bahwa keturunannya akan menghadapi hukuman minimal, lebih lanjut menyoroti kecenderungan kaum Yahudi untuk menciptakan pembenaran atas tindakan mereka.
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.