فَمَنْ حَاۤجَّكَ فِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ اَبْنَاۤءَنَا وَاَبْنَاۤءَكُمْ وَنِسَاۤءَنَا وَنِسَاۤءَكُمْ وَاَنْفُسَنَا وَاَنْفُسَكُمْۗ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللّٰهِ عَلَى الْكٰذِبِيْنَ
faman ḥājjaka fīhi mim ba‘di mā jā’aka minal-‘ilmi faqul ta‘ālau nad‘u abnā’anā wa abnā’akum wa nisā’anā wa nisā’akum wa anfusanā wa anfusakum, ṡumma nabtahil fanaj‘al la‘natallāhi ‘alal-kāżibīn(a).
Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, katakanlah (Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 61
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 61
Dalam Al-Quran, terdapat penjelasan mengenai peristiwa mubahalah yang melibatkan Nabi Muhammad dan orang-orang Nasrani dari kota Najran. Hal ini mencerminkan usaha untuk membuktikan kebenaran tentang Nabi Isa, serta menolak kesalahpahaman yang beredar di kalangan orang-orang Nasrani dan Yahudi.
Dalam Tafsir Wajiz, setelah Al-Quran menguraikan kesalahpahaman yang menyatakan bahwa Isa adalah anak Tuhan, dan menunjukkan bukti-bukti yang menentang pandangan ini, Nabi Muhammad diajak untuk mengajukan mubahalah sebagai cara terakhir untuk membuktikan kebenaran.
Mubahalah adalah ajakan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, memohon agar laknat-Nya ditimpakan kepada mereka yang berdusta. Namun, peristiwa mubahalah ini tidak terjadi karena orang-orang Nasrani menolak dengan alasan mereka sebenarnya percaya akan kerasulan Nabi Muhammad.
Dalam Tafsir Tahlili, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad bahwa jika masih ada yang membantah kebenaran tentang Nabi Isa setelah penjelasan yang diberikan, hendaklah mereka diundang untuk mubahalah. Mubahalah merupakan cerminan dari kebenaran keyakinan yang dianut.
Nabi Muhammad diinstruksikan untuk mengajak keluarga mereka (anak-anak dan istri-istri) untuk ikut serta dalam mubahalah ini sebagai bukti kesungguhan dan keyakinan terhadap kebenaran yang disampaikan.
Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad mengajak orang-orang Nasrani Najran untuk ber-mubahalah, namun mereka menolak dengan alasan mereka takut terhadap akibat dari mubahalah tersebut.
Mereka tidak berani datang karena dalam hati mereka sebenarnya meyakini kerasulan Nabi Muhammad. Ini menunjukkan bahwa ajakan Nabi untuk mubahalah tidak hanya sebagai bukti kebenaran, tetapi juga sebagai pengujian terhadap keyakinan mereka.
Dengan demikian, mubahalah dalam konteks ini menegaskan pentingnya kejujuran dan keyakinan dalam menghadapi kebenaran agama. Nabi Muhammad dan umat Islam mempertahankan kebenaran dengan cara yang adil dan ilmiah, mengundang diskusi terbuka untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang agama dan keyakinan.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 61
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.