وَلَا تُؤْمِنُوْٓا اِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْهُدٰى هُدَى اللّٰهِ ۙ اَنْ يُّؤْتٰىٓ اَحَدٌ مِّثْلَ مَآ اُوْتِيْتُمْ اَوْ يُحَاۤجُّوْكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللّٰهِ ۚ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۚ
wa lā tu’minū illā liman tabi‘a dīnakum, qul innal-hudā hudallāh(i), ay yu’tā aḥadum miṡla mā ūtītum au yuḥājjūkum ‘inda rabbikum, qul innal-faḍla biyadillāh(i), yu’tīhi may yasyā'(u), wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).
Dan janganlah kamu percaya selain kepada orang yang mengikuti agamamu.” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya petunjuk itu hanyalah petunjuk Allah. (Janganlah kamu percaya) bahwa seseorang akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu, atau bahwa mereka akan menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu.” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 73
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 73
Al-Qur’an mengungkapkan sikap Ahli Kitab yang menentang kebenaran kenabian Rasulullah Muhammad. Mereka bahkan berupaya meyakinkan sesama mereka bahwa predikat sebagai rasul terakhir seharusnya hanya untuk mereka, orang-orang Yahudi. Tujuannya jelas, agar orang-orang yang masuk Islam dari kalangan mereka tidak diterima oleh umat Islam, atau agar iman mereka terguncang dan mereka kembali kepada kekafiran.
Allah memberikan jawaban atas argumen mereka melalui wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad. Allah menegaskan bahwa petunjuk itu hanya datang dari-Nya, dan diberikan kepada siapa pun yang dipilih-Nya sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa orang lain tidak layak mendapat kenabian atau kerasulan seperti yang diberikan kepada Nabi Muhammad, atau bahwa mereka dapat menyanggah kenabiannya di hadapan Tuhan.
Pemimpin-pemimpin Yahudi melarang kaumnya untuk menyatakan kepercayaan kepada orang-orang non-Yahudi sebagai nabi, karena hal itu bisa menguatkan kebenaran kenabian Muhammad. Mereka mengetahui bahwa Allah dapat mengutus rasul dari berbagai bangsa, namun mereka menolak kenabian Muhammad karena kesombongan dan kedengkian mereka.
Petunjuk yang baru diikuti oleh umat Islam adalah petunjuk Allah yang tidak memandang bangsa atau suku tertentu. Allah mengutus nabi-nabi-Nya sesuai dengan kehendak-Nya untuk menyampaikan petunjuk kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu, siapa pun yang mendapat petunjuk dari Allah tidak akan tersesat, dan tipu daya Ahli Kitab tidak akan mempengaruhi kehendak Allah untuk mengutus nabi-nabi-Nya.
Kerasulan adalah karunia dari Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Mengetahui. Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya tanpa memandang asal bangsa atau suku. Allah memperluas rahmat-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya, dan tidak ada yang dapat membatasi atau mempersempit kehendak-Nya dalam mengutus rasul-Nya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa pandangan sempit Ahli Kitab tentang kenabian hanya untuk Bani Israil adalah tidak benar. Allah memiliki hak mutlak untuk mengutus nabi dan rasul sesuai dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya, tanpa adanya batasan dari pihak manusia.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 73
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.