بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ
balā man aufā bi‘ahdihī wattaqā fa innallāha yuḥibbul-muttaqīn(a).
Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 76
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 76
Al-Qur’an menegaskan pentingnya kesetiaan dan menepati janji sebagai bagian dari ketakwaan seseorang kepada Allah. Ayat-ayat tersebut menggambarkan bahwa seorang yang bertakwa adalah orang yang selalu memenuhi janji-janjinya dan tidak melakukan khianat terhadap amanah yang dipercayakan kepadanya.
Dalam konteks ini, pendekatan Tafsir Wajiz menyoroti bahwa sebenarnya, menepati janji dan tidak melakukan khianat adalah salah satu tanda ketakwaan seseorang. Allah menyukai dan mencintai orang-orang yang bertakwa, yang secara konsisten menjalankan kewajiban-kewajiban mereka dengan penuh tanggung jawab.
Sementara itu, Tafsir Tahlili menjelaskan bahwa ada pandangan dari kalangan Bani Israil yang menganggap tidak berdosa jika mereka melakukan kejahatan terhadap umat Islam. Namun, Allah menegaskan bahwa setiap orang harus memenuhi janji-janjinya, baik itu dalam hal meminjamkan harta, menjual barang, atau menitipkan sesuatu kepada orang lain. Ketika seseorang membuat janji, ia harus memenuhi janji tersebut sesuai dengan yang telah disepakati, tanpa menunggu diperingatkan atau bahkan dibawa ke pengadilan.
Pentingnya menepati janji dalam Islam juga mencerminkan keadilan dan kejujuran dalam segala aspek kehidupan. Allah menilai seseorang bukan hanya dari kebaikan amalnya kepada sesama manusia, tetapi juga dari kesetiaannya dalam menjalankan janji-janjinya. Orang yang menepati janji dijamin mendapat pahala dan rahmat Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Pada intinya, Islam mengajarkan agar setiap individu menjaga integritasnya dengan menepati janji-janjinya tanpa pandang bulu, tanpa membeda-bedakan siapa yang dijanjikan. Ini adalah cerminan dari ketakwaan yang sejati, di mana seseorang berusaha untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan prinsip-prinsip agama secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 76
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.