۞ كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِلَّا مَا حَرَّمَ اِسْرَاۤءِيْلُ عَلٰى نَفْسِهٖ مِنْ قَبْلِ اَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرٰىةُ ۗ قُلْ فَأْتُوْا بِالتَّوْرٰىةِ فَاتْلُوْهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
kulluṭ-ṭa‘āmi kāna ḥillal libanī isrā’īla illā mā ḥarrama isrā’īlu ‘alā nafsihī min qabli an tunazzalat-taurāh(tu), qul fa’tū bit-taurāti fatlūhā in kuntum ṣādiqīn(a).

Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Yakub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah (Muhammad), “Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 93

Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 93

Ayat ini menjelaskan bahwa semua jenis makanan dihalalkan bagi Bani Israil dan juga bagi Nabi Ibrahim, termasuk daging unta seperti yang disebutkan dalam Perjanjian Lama (Imamat 11:4), “Tetapi ini yang tidak boleh kamu makan dari binatang yang memamah biak atau berkuku belah: unta, karena memang memamah biak tetapi tidak berkuku belah; haram bagi kamu.”

Namun, Nabi Yakub sendiri mengharamkan beberapa jenis makanan bagi dirinya sendiri karena alasan kesehatan, dan semua ini terjadi sebelum Taurat diturunkan.

Kemudian ada beberapa makanan yang diharamkan bagi Bani Israil sebagai hukuman dan pelajaran atas kesalahan mereka, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: “Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan semua binatang berkuku, dan Kami haramkan kepada mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya atau yang dalam isi perutnya atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka karena kedurhakaan mereka. Dan sesungguhnya Kami benar-benar Maha Benar.” (QS. al-An’am 6:146).

Juga disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa beberapa makanan yang sebelumnya dihalalkan bagi mereka kemudian diharamkan sebagai akibat dari perbuatan mereka yang zalim, seperti menghalangi orang lain dari jalan Allah, berdagang riba, dan mencuri harta orang lain secara batil. Mereka mendapat azab yang pedih sebagai konsekuensi perbuatan mereka tersebut.

Jelaslah bahwa larangan terhadap beberapa jenis makanan bagi Bani Israil tidak berlaku bagi pengikut syariat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lain sebelum Taurat diturunkan. Oleh karena itu, tuduhan bahwa syariat Islam bertentangan dengan syariat Nabi Ibrahim karena menghalalkan makanan seperti daging unta adalah tidak benar.

Mengharamkan sebagian makanan bagi Bani Israil adalah sebagai hukuman karena mereka melanggar hukum-hukum Allah dan menyakiti diri mereka sendiri. Ini juga tercatat dalam kitab Taurat mereka sendiri.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menantang mereka dengan mengatakan, “Jika kamu mengaku bahwa ada makanan yang diharamkan Allah sebelum Taurat diturunkan, maka bawalah Taurat itu dan bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.” Namun, mereka tidak berani menerima tantangan ini atau membuka Taurat, karena hal itu akan mengungkap kebohongan mereka dan tuduhan mereka terhadap agama Islam sebagai palsu dan tidak beralasan.

Ini juga menjadi bukti kebenaran kenabian Muhammad saw, karena beliau dapat membantah tuduhan-tuduhan Bani Israil dengan menggunakan isi Taurat itu sendiri, meskipun beliau tidak pernah membacanya dan tidak pernah diberi kesempatan oleh orang-orang Yahudi untuk mengetahui isinya.

Gambar Surat Ali Imran Ayat 93

Gambar Surat Ali Imran Ayat 93

Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran

Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.

Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.

Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.

Tujuan Penulisan 

Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.

Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.

Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.

Kapan Surat Ini Ditulis?

Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.

Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.

Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.

Siapa yang Menulis Surat Ini?

Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.

Tujuan Turun Surat Ali Imran

Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.

Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.

Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.

Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.

 

Author

Seorang guru honorer yang tak mau naik jabatan PNS. Aktif memberikan edukasi lewat berbagai konten dan forum akademisi sambil berharap mampu merubah tingkat literasi masyarakat Indonesia.Pekerjaan: Influencer Media Sosial dan Tenaga Pengajar (Guru).

Write A Comment