اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ
inna awwala baitiw wuḍi‘a lin-nāsi lal-lażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-‘ālamīn(a).
Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
Audio Q.S. Ali ‘Imran Ayat 96
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 96
Ayat ini menjelaskan tentang perpindahan arah kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa menghadap ke Baitulmakdis adalah praktik yang disahkan oleh para nabi, bahkan Nabi Ibrahim sendiri menghadap ke sana. Namun, tuduhan ini dibantah dengan jelas dalam ayat 96 dan 97 ini.
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Ka’bah di Mekah, yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, adalah rumah pertama yang ditetapkan Allah sebagai tempat ibadah dan doa bagi manusia. Ini menegaskan bahwa Mekah dengan Ka’bahnya adalah pusat rohani pertama bagi umat manusia.
Setelah Ka’bah dibangun, Masjidil Aqsa di Baitulmakdis kemudian didirikan oleh Nabi Sulaiman beberapa ratus tahun kemudian. Karena Ibrahim yang membangun Baitullah di Mekah, Nabi Muhammad saw mengikuti agama Nabi Ibrahim dan menghadap ke arah kiblat yang sama dalam salatnya.
Nabi Ibrahim setelah mendirikan Ka’bah berdoa agar tempat di sekitarnya diberkahi oleh Allah: “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Ka’bah) yang dihormati, ya Tuhan, agar mereka mendirikan salat. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim/14:37).
Sejarawan agama, terutama dari kalangan yang menganut kepercayaan monotheisme-ibrahimik, selalu memperdebatkan rumah ibadah mana yang lebih tua, apakah Haikal Sulaiman yang dibangun oleh Nabi Sulaiman di Jerusalem, atau Baitullah di Mekah. Ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa “rumah yang pertama kali dibangun untuk tempat ibadah manusia adalah Baitullah di Bakkah.” Bakkah adalah nama kuno Mekah, yang juga disebut dalam Kitab Zabur (Mazmur) dalam Perjanjian Lama, Mazmur 84:5-6.
Martin Lings dalam bukunya “Muhammad, His life based on the earliest sources” (1986), menyatakan bahwa Baka dalam Kitab Zabur sesungguhnya merujuk kepada Bakkah yang disebutkan dalam Surah Ali ‘Imran/3 ayat 96 di atas.
Sejarah Nabi Daud berlangsung sekitar 900 tahun sebelum Masehi, atau lebih dari 2900 tahun yang lalu. Ini menunjukkan bahwa Baka (Mekah) telah ada lebih dari 2900 tahun yang lalu, seperti yang disebutkan dalam Kitab Zabur Nabi Daud.
Sementara itu, Kuil Sulaiman dibangun oleh putra Nabi Daud, yaitu Nabi Sulaiman di Jerusalem. Dengan demikian, Baitullah di kota Baka (Mekah) lebih tua daripada Kuil Sulaiman di Jerusalem.
Gambar Surat Ali Imran Ayat 96
Asbabun Nuzul Quran Surat Ali 'Imran
Surah Ali Imran (bahasa Arab: آل عمران) , Āli-'Imrān, "Keluarga 'Imran") adalah surah ke-3 Al-Qur'an. Surah ini adalah salah satu surah Madaniyah.
Asbabun Nuzul (سباب النزول) secara harfiah berarti sebab-sebab turunnya (wahyu). Istilah ini merujuk pada peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur'an.
Surat Ali Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 200 ayat. ) Membaca surat ini akan membuka jendela untuk memahami maknanya sekaligus hikmah di baliknya Ada beberapa sebab turunnya surat Ali 'Imran yang diidentifikasi oleh para ahli tafsir.
Tujuan Penulisan
Surat Ali Imran ditulis untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam pada masa itu dan untuk seluruh umat manusia, baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Surat ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai ajaran Islam serta memberikan pemahaman tentang keyakinan, prinsip-prinsip moral, dan pedoman hukum bagi umat Islam.
Selain itu juga memperkuat iman para sahabat Nabi Muhammad SAW dengan mengingatkan mereka tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi.
Kapan Surat Ini Ditulis?
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun 9 Hijriyah di Kota Madinah sehingga masuk dalam golongan Surat Madaniyyah.
Surat Ali Imran diturunkan pada periode awal dakwah Islam, di kota Mekah dan Madinah, sekitar tahun 620-623 Masehi, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya sedang menghadapi tantangan besar dari musuh-musuh Islam.
Meski ada perbedaan tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat ini diturunkan secara bertahap di Madinah setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dari Mekkah.
Siapa yang Menulis Surat Ini?
Surat Ali Imran, seperti seluruh Al-Qur'an, diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah penulis Al-Qur'an, tetapi penerima wahyu.
Tujuan Turun Surat Ali Imran
Surat Ali Imran turun sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam serta dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Salah satu tujuan utama turunnya surat ini adalah untuk memberikan dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin yang tengah menghadapi cobaan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah perlawanan dan penindasan dari pihak musuh.
Surat Ali Imran juga diturunkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang muncul dari para ahli kitab, seperti Yahudi dan Nasrani, terkait dengan kenabian Nabi Muhammad SAW (Nabi Muhammad) dan kebenaran Islam.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Quran Surat Ali Imran memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan tujuan turunnya surat tersebut, serta pentingnya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bagi umat Islam pada masa lalu maupun masa kini.