فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ
Fii quluubihim mara dun fazzdahumul laahu maradan wa lahum ‘azaabun aliimum bimaa kaanuu yakzibuun
10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
Suara Lantunan Surat Al-Baqarah Ayat 10
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 10
Tafsir Wajiz
Hal itu disebabkan oleh adanya penyakit dalam hati mereka, seperti iri dan dengki terhadap orang-orang yang beriman, keraguan terhadap ajaran Islam, keyakinan yang keliru, dan faktor-faktor lainnya. Allah kemudian memperberat penyakit ini dengan memberikan kemenangan yang besar bagi orang-orang yang beriman.
Kemenangan ini menjadi sangat menyakitkan bagi mereka karena adanya perasaan iri, dengki, dan sombong dalam diri mereka. Keraguan mereka pun semakin berkembang. Sebagai konsekuensinya, selain mengalami penderitaan di dunia, mereka akan menghadapi azab yang sangat pedih karena mereka berbohong dengan menunjukkan keimanan padahal hati mereka sebenarnya ingkar.
Tafsir Tahlili
Dalam ayat ini, dijelaskan mengenai keburukan dusta atau perilaku berpura-pura, beserta akibat-akibat yang timbul darinya. Dendam, iri hati, dan ragu-ragu merupakan bentuk penyakit jiwa yang dapat semakin parah apabila disertai dengan perbuatan nyata. Sebagai contoh, rasa sedih seseorang dapat meningkat secara signifikan jika disertai dengan tangisan, meronta-ronta, dan sebagainya.
Penyakit-penyakit seperti dengki ini mewarnai jiwa orang-orang munafik, sehingga mereka menjalin sikap permusuhan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mereka berusaha menipu dengan berpura-pura dan berupaya merugikan Rasul dan umat Islam.
Kemudian, penyakit tersebut semakin memburuk setelah mereka menyaksikan kemenangan-kemenangan Rasul. Tiap kali Rasul memperoleh kemenangan, penyakit dalam diri mereka semakin meningkat. Terutama, gejala ragu-ragu dan bimbang menciptakan ketegangan jiwa yang mendalam pada orang-orang munafik.
Akibatnya, akal pikiran mereka melemah dalam menanggapi kebenaran agama dan memahaminya. Bahkan, panca indera mereka tidak mampu menangkap obyek dengan benar, sebagaimana diungkapkan Allah dalam firman-Nya, “Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah” (Surah Al-A’raf/7: 179).
Meskipun bukti-bukti kebenaran telah nyata, dan cahaya kebenaran bersinar terang benderang, mereka enggan menerimanya. Mereka tetap teguh pada pendirian lama mereka, sehingga cahaya yang terang menjadi gelap di mata mereka dan penyakit tumbuh di hati mereka. Penderitaan hati mereka semakin bertambah akibat hilangnya kepemimpinan mereka.
Perasaan iri dan dengki juga semakin dalam ketika melihat kokohnya Islam dari hari ke hari. Sebagai konsekuensi dari perbuatan dusta mereka, yaitu mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir serta tipu daya terhadap Allah, mereka akan menghadapi azab yang pedih.
Dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya, Allah menjelaskan beberapa sifat orang munafik yang merusak, seperti membantu musuh-musuh Islam dengan membocorkan rahasia kaum Muslimin, mendorong musuh untuk merusak kaum Muslimin, membuat perjanjian kerja sama dengan lawan-lawan Islam, menimbulkan pertentangan dalam masyarakat, dan menghasut orang-orang Islam untuk meninggalkan Nabi saw., serta tindakan-tindakan lainnya.
Firman Allah, “Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan” (Surah Al-Baqarah/2: 205).
Gambar Surat Al-Baqarah Ayat 10
Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah
Surah Al-Baqarah diawali dengan huruf muqatha'ah, yakni alif-lam-mim, dengan tujuan menarik perhatian pembaca terhadap pesan-pesan Ilahiah yang akan diungkapkan dalam surah ini. Huruf-huruf muqatha'ah ini memiliki ciri khas pembacaan yang terputus-putus.
Selain itu, surah ini juga dikenal sebagai Fustatul Qur'an (Puncak Al-Qur'an) karena berisi beberapa hukum yang tidak tercantum dalam surah-surah lainnya. Dalam Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, diungkapkan bahwa empat ayat awal surah Al-Baqarah diturunkan khusus mengenai orang-orang mukmin.
Di samping itu, dua ayat membahas orang-orang kafir, sementara tiga belas ayat lainnya berkaitan dengan orang-orang munafik. Hubungan antara mukmin, kafir, dan munafik, menurut Djohan Effendi, secara khusus terkait dengan aspek keberagamaan yang ditemukan dalam surat Al-Baqarah.
Keterangan mengenai QS. Al-Baqarah
Surat Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat turun di Madinah, sebagian besar pada awal tahun Hijriah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat Hajji Wadaa' (haji terakhir Nabi Muhammad SAW). Keseluruhan ayat dalam Surat Al-Baqarah termasuk dalam golongan Madaniyyah, menjadikannya surat terpanjang di antara surat-surat Al-Qur'an, dengan satu ayat khusus yang dikenal sebagai ayat terpancang, yaitu ayat 282. Surat ini dinamai Al-Baqarah karena mengisahkan perintah Allah kepada Bani Israil untuk menyembelih sapi betina (ayat 67-74), yang menggambarkan sifat umum orang Yahudi. Gelar Fusthatul-Quran (Puncak Al-Quran) diberikan karena surat ini memuat sejumlah hukum yang tidak terdapat dalam surat-surat lainnya. Sebagai tambahan, surat ini juga dikenal sebagai surat Alif-laam-miim karena dimulai dengan Alif-laam-miim.
Surat Al-Baqarah, sebagai surat kedua dalam Al-Qur'an, memiliki beberapa peristiwa dan sebab turun (Asbabun Nuzul) yang berkaitan dengan konteks kehidupan Nabi Muhammad saw. dan masyarakat Muslim pada masa itu. Beberapa Asbabun Nuzul yang signifikan yang terkait dengan Surat Al-Baqarah adalah sebagai berikut:
Pertempuran Badar
Salah satu peristiwa penting yang menjadi latar belakang turunnya sebagian ayat Surat Al-Baqarah adalah Pertempuran Badar. Pertempuran ini berlangsung pada tahun kedua Hijriyah antara pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saw. dan pasukan Quraisy Makkah. Ayat-ayat dalam Surat Al-Baqarah menyentuh aspek moral dan etika perang, serta memberikan panduan bagi para Muslim dalam menghadapi ujian pertempuran tersebut.
Pertanyaan Kaum Yahudi
Beberapa ayat dalam Surat Al-Baqarah juga turun sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kaum Yahudi Madinah yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada Nabi Muhammad saw. Ayat-ayat ini memberikan jawaban dan penjelasan terhadap berbagai isu hukum dan keagamaan yang diajukan oleh kaum Yahudi.
Peristiwa Penyembelihan Korban Hewan Kurban
Ayat-ayat dalam Surat Al-Baqarah juga turun sebagai pedoman bagi umat Islam dalam pelaksanaan ibadah penyembelihan hewan kurban pada hari raya Idul Adha. Terdapat ketentuan-ketentuan tertentu yang dijelaskan dalam surat ini terkait dengan penyembelihan, pembagian daging, dan tujuan spiritual di balik pelaksanaan kurban.
Perkara Hukum dan Etika Sosial
Sejumlah ayat dalam Surat Al-Baqarah turun untuk mengatasi situasi hukum dan etika sosial yang muncul dalam masyarakat Muslim Madinah. Termasuk di antaranya adalah hukum-hukum pernikahan, perceraian, hukuman bagi pencuri, dan berbagai aspek lainnya yang membutuhkan panduan hukum dan etika Islam.
Masalah Keuangan dan Perdagangan
Surat Al-Baqarah juga turun untuk memberikan pedoman terkait keuangan dan perdagangan kepada umat Islam. Beberapa ayat memberikan petunjuk mengenai riba, transaksi perdagangan, dan kewajiban sedekah, yang mencerminkan tatanan ekonomi Islam.
Dengan demikian, Surat Al-Baqarah turun sebagai respons terhadap berbagai peristiwa dan kebutuhan masyarakat Muslim pada saat itu. Ayat-ayatnya memberikan panduan moral, etika, hukum, dan pedoman kehidupan sehari-hari, menciptakan landasan ajaran Islam yang komprehensif bagi umatnya.
Kapan turunnya surat Al Baqarah?
Surat Al-Baqarah turun secara bertahap di Madinah, sebagian besar pada awal tahun Hijriah. Proses penurunan ini mencakup periode waktu yang relatif panjang, dan tidak ada tanggal yang spesifik yang dapat diidentifikasi untuk seluruh surat tersebut. Namun, ayat-ayat Surat Al-Baqarah diturunkan pada masa permulaan kediaman Nabi Muhammad SAW di Madinah, setelah peristiwa Hijrah dari Makkah.
Surat Al-Baqarah adalah surat ke-2 dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Surat ini merupakan surat dengan jumlah ayat terbanyak dalam Al-Qur’an.
Asbabun nuzul (sebab-sebab diturunkannya), Surat Al-Baqarah turun secara bertahap selama sembilan tahun. Nama Al Baqarah (sapi betina), diambil dari kisah yang dibicarakan dalam ayat 61--71 tentang penyembelihan seekor sapi.
Sebagian besar surat tersebut diturunkan untuk memberikan bimbingan, hukum, dan prinsip-prinsip kehidupan kepada umat Islam di Madinah, serta untuk menanggapi berbagai situasi dan pertanyaan yang muncul dalam masyarakat Muslim pada saat itu. Meskipun tidak ada tanggal pasti yang diberikan untuk penurunan seluruh surat, kontennya memberikan pandangan mendalam terhadap perkembangan masyarakat Muslim Madinah pada masa tersebut.