وَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ ھُمْ يُوْقِنُوْنَ
Wallaziina yu’minuuna bimaa unzila ilaika wa maaa unzila min qablika wa bil Aakhirati hum yuuqinuun
4. dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.
Suara Lantunan Surat Al-Baqarah Ayat 4
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 4
Tafsir Wajiz
Ciri-ciri khas orang-orang yang bertakwa mencakup keyakinan mereka kepada wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., seperti Al-Qur’an dan adz-dzikr (hadis), serta kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Suhuf-suhuf (lembaran-lembaran).
Mereka tidak membedakan satu kitab dengan yang lain, karena esensi risalah Allah adalah satu, dan mereka yakin akan kehidupan di akhirat setelah kehidupan di dunia ini. Keyakinan ini tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga tercermin dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.
Tafsir Tahlili
Ketiga: Menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah, yang mencakup memberikan sebagian harta kepada mereka yang ditentukan dalam agama. Infak ini dapat melibatkan belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, penelitian ilmiah, dan kepentingan umum lainnya dengan niat melaksanakan perintah Allah (fi sabilillah).
Penting untuk dicatat bahwa yang diinfakkan adalah sebagian rezeki, bukan seluruhnya. Dalam hal ini, Allah melarang perilaku bakhil dan boros. Perintah Allah tentang menginfakkan harta juga mencakup larangan berlebih-lebihan atau kikir dalam membelanjakan harta, dan Allah menjelaskan bahwa kelebihan tersebut mencakup apa yang berlebih setelah mencukupi kebutuhan pokok, seperti makanan dan pakaian.
Keempat: Keyakinan pada kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah merupakan aspek penting dalam iman, mencakup Al-Qur’an serta kitab-kitab wahyu lainnya seperti Taurat, Zabur, Injil, dan sahifah-sahifah yang Allah turunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Meskipun keyakinan terhadap kitab-kitab selain Al-Qur’an bersifat secara global, namun keyakinan terhadap Al-Qur’an harus bersifat rinci dan tafsili.
Iman kepada kitab-kitab tersebut juga mencakup keyakinan kepada para rasul yang Allah utus kepada umat-umat terdahulu, tanpa membedakan satu rasul dengan rasul lainnya. Keyakinan ini merupakan salah satu sifat khas orang-orang yang bertakwa. Mereka yang beriman kepada kitab-kitab Allah dan mempelajari isinya dianggap sebagai ahli waris ajaran Allah, baik di masa lampau maupun di zaman sekarang hingga akhir zaman.
Sifat ini membangkitkan kesadaran dalam diri seorang Muslim bahwa mereka adalah bagian dari umat yang satu, memiliki agama yang tunggal, yaitu Islam. Mereka menyembah Tuhan yang Esa, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. Sifat ini juga berfungsi untuk mengeliminasi sikap eksklusivisme, yang mencakup sifat sombong, sikap tinggi hati, fanatisme kelompok, serta perasaan kebangsaan dan lokalisme yang berlebihan.
Gambar Surat Al-Baqarah Ayat 4
Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah
Surah Al-Baqarah diawali dengan huruf muqatha'ah, yakni alif-lam-mim, dengan tujuan menarik perhatian pembaca terhadap pesan-pesan Ilahiah yang akan diungkapkan dalam surah ini. Huruf-huruf muqatha'ah ini memiliki ciri khas pembacaan yang terputus-putus.
Selain itu, surah ini juga dikenal sebagai Fustatul Qur'an (Puncak Al-Qur'an) karena berisi beberapa hukum yang tidak tercantum dalam surah-surah lainnya. Dalam Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, diungkapkan bahwa empat ayat awal surah Al-Baqarah diturunkan khusus mengenai orang-orang mukmin.
Di samping itu, dua ayat membahas orang-orang kafir, sementara tiga belas ayat lainnya berkaitan dengan orang-orang munafik. Hubungan antara mukmin, kafir, dan munafik, menurut Djohan Effendi, secara khusus terkait dengan aspek keberagamaan yang ditemukan dalam surat Al-Baqarah.
Keterangan mengenai QS. Al-Baqarah
Surat Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat turun di Madinah, sebagian besar pada awal tahun Hijriah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat Hajji Wadaa' (haji terakhir Nabi Muhammad SAW). Keseluruhan ayat dalam Surat Al-Baqarah termasuk dalam golongan Madaniyyah, menjadikannya surat terpanjang di antara surat-surat Al-Qur'an, dengan satu ayat khusus yang dikenal sebagai ayat terpancang, yaitu ayat 282. Surat ini dinamai Al-Baqarah karena mengisahkan perintah Allah kepada Bani Israil untuk menyembelih sapi betina (ayat 67-74), yang menggambarkan sifat umum orang Yahudi. Gelar Fusthatul-Quran (Puncak Al-Quran) diberikan karena surat ini memuat sejumlah hukum yang tidak terdapat dalam surat-surat lainnya. Sebagai tambahan, surat ini juga dikenal sebagai surat Alif-laam-miim karena dimulai dengan Alif-laam-miim.
Surat Al-Baqarah, sebagai surat kedua dalam Al-Qur'an, memiliki beberapa peristiwa dan sebab turun (Asbabun Nuzul) yang berkaitan dengan konteks kehidupan Nabi Muhammad saw. dan masyarakat Muslim pada masa itu. Beberapa Asbabun Nuzul yang signifikan yang terkait dengan Surat Al-Baqarah adalah sebagai berikut:
Pertempuran Badar
Salah satu peristiwa penting yang menjadi latar belakang turunnya sebagian ayat Surat Al-Baqarah adalah Pertempuran Badar. Pertempuran ini berlangsung pada tahun kedua Hijriyah antara pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saw. dan pasukan Quraisy Makkah. Ayat-ayat dalam Surat Al-Baqarah menyentuh aspek moral dan etika perang, serta memberikan panduan bagi para Muslim dalam menghadapi ujian pertempuran tersebut.
Pertanyaan Kaum Yahudi
Beberapa ayat dalam Surat Al-Baqarah juga turun sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kaum Yahudi Madinah yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada Nabi Muhammad saw. Ayat-ayat ini memberikan jawaban dan penjelasan terhadap berbagai isu hukum dan keagamaan yang diajukan oleh kaum Yahudi.
Peristiwa Penyembelihan Korban Hewan Kurban
Ayat-ayat dalam Surat Al-Baqarah juga turun sebagai pedoman bagi umat Islam dalam pelaksanaan ibadah penyembelihan hewan kurban pada hari raya Idul Adha. Terdapat ketentuan-ketentuan tertentu yang dijelaskan dalam surat ini terkait dengan penyembelihan, pembagian daging, dan tujuan spiritual di balik pelaksanaan kurban.
Perkara Hukum dan Etika Sosial
Sejumlah ayat dalam Surat Al-Baqarah turun untuk mengatasi situasi hukum dan etika sosial yang muncul dalam masyarakat Muslim Madinah. Termasuk di antaranya adalah hukum-hukum pernikahan, perceraian, hukuman bagi pencuri, dan berbagai aspek lainnya yang membutuhkan panduan hukum dan etika Islam.
Masalah Keuangan dan Perdagangan
Surat Al-Baqarah juga turun untuk memberikan pedoman terkait keuangan dan perdagangan kepada umat Islam. Beberapa ayat memberikan petunjuk mengenai riba, transaksi perdagangan, dan kewajiban sedekah, yang mencerminkan tatanan ekonomi Islam.
Dengan demikian, Surat Al-Baqarah turun sebagai respons terhadap berbagai peristiwa dan kebutuhan masyarakat Muslim pada saat itu. Ayat-ayatnya memberikan panduan moral, etika, hukum, dan pedoman kehidupan sehari-hari, menciptakan landasan ajaran Islam yang komprehensif bagi umatnya.
Kapan turunnya surat Al Baqarah?
Surat Al-Baqarah turun secara bertahap di Madinah, sebagian besar pada awal tahun Hijriah. Proses penurunan ini mencakup periode waktu yang relatif panjang, dan tidak ada tanggal yang spesifik yang dapat diidentifikasi untuk seluruh surat tersebut. Namun, ayat-ayat Surat Al-Baqarah diturunkan pada masa permulaan kediaman Nabi Muhammad SAW di Madinah, setelah peristiwa Hijrah dari Makkah.
Surat Al-Baqarah adalah surat ke-2 dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Surat ini merupakan surat dengan jumlah ayat terbanyak dalam Al-Qur’an.
Asbabun nuzul (sebab-sebab diturunkannya), Surat Al-Baqarah turun secara bertahap selama sembilan tahun. Nama Al Baqarah (sapi betina), diambil dari kisah yang dibicarakan dalam ayat 61--71 tentang penyembelihan seekor sapi.
Sebagian besar surat tersebut diturunkan untuk memberikan bimbingan, hukum, dan prinsip-prinsip kehidupan kepada umat Islam di Madinah, serta untuk menanggapi berbagai situasi dan pertanyaan yang muncul dalam masyarakat Muslim pada saat itu. Meskipun tidak ada tanggal pasti yang diberikan untuk penurunan seluruh surat, kontennya memberikan pandangan mendalam terhadap perkembangan masyarakat Muslim Madinah pada masa tersebut.