قَالَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَاۤ اَنۡزِلۡ عَلَيۡنَا مَآٮِٕدَةً مِّنَ السَّمَآءِ تَكُوۡنُ لَـنَا عِيۡدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنۡكَ‌ۚ وَارۡزُقۡنَا وَاَنۡتَ خَيۡرُ الرّٰزِقِيۡنَ
Qoola ‘Eesab nu Maryamal laahumma Rabbanaaa anzil ‘alainaa maaa’idatam minas samaaa’i takuunu lanaa ‘iidal li awwalinaa wa aakirinaa wa Aayatam minka warzuqnaa wa Anta khairur raaziqiin

Artinya: Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”

Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 114

Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Nabi Isa, setelah memahami niat baik kaum Ḥawāriyyīn yang meminta hidangan dari langit, akhirnya memutuskan untuk mengabulkan permohonan mereka.

Permintaan mereka bukan karena meragukan kekuasaan Allah, melainkan karena mereka ingin lebih meyakini kekuasaan-Nya dan mendapatkan ketenteraman hati serta memperkuat iman mereka.

Nabi Isa pun berdoa kepada Allah dengan ucapan, “Allāhuma Rabbanā,” yang mengandung pengertian mengenai keagungan-Nya—sebagai Tuhan, Penguasa, Pendidik, dan Pemberi nikmat.

Dalam doanya, Nabi Isa memohon agar Allah menurunkan hidangan dari langit untuk mereka. Nabi Isa berharap bahwa ketika hidangan itu turun, hari itu akan menjadi hari raya bagi mereka dan keturunan mereka, sebuah tanda kekuasaan Allah yang nyata. Ia mengakhiri doa dengan permohonan, “Berilah kami rezeki, karena Engkau adalah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.”

Hal yang perlu diperhatikan dalam doa Nabi Isa adalah urutan yang ia gunakan. Nabi Isa mendahulukan faedah rohaniah yang akan diperoleh jika Allah mengabulkan permohonannya.

Faedah rohaniah ini adalah turunnya hidangan tersebut yang akan menjadi hari raya, hari yang penuh dengan ingatan tentang rahmat dan kebesaran Allah, yang pada gilirannya akan memperkuat keyakinan dan keimanan mereka kepada-Nya. Setelah itu, Nabi Isa menyebutkan faedah jasmaniah, yaitu hidangan itu akan menjadi rezeki yang menghilangkan rasa lapar dan mengembalikan kekuatan jasmani mereka.

Berbeda dengan kaum Ḥawāriyyīn yang lebih dulu menyebutkan manfaat jasmaniah dalam permohonan mereka, Nabi Isa mengajarkan kepada umatnya untuk mengutamakan aspek rohaniah atau mental lebih dahulu daripada kebutuhan jasmani atau materi. Ini menunjukkan pentingnya memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan fisik dalam kehidupan.

Kata “Mā′idah” yang berarti “hidangan” menjadi nama bagi surah ini, yaitu Surah al-Mā′idah (5), karena kata tersebut merujuk pada permintaan hidangan yang diajukan oleh pengikut Nabi Isa. Nama-nama surah dalam Al-Qur’an sering kali diambil dari kata yang terdapat dalam surah tersebut, yang merujuk pada hal penting yang dibahas di dalamnya, seperti Surah al-Baqarah (Sapi Betina) yang menyebutkan kisah sapi betina.

Dalam beberapa kitab Injil, terutama dalam Perjanjian Baru, peristiwa serupa juga digambarkan, seperti dalam Matius 6:11 dan Kisah Para Rasul 10:9-12, dengan berbagai penjabaran tentang permintaan makanan dari langit oleh pengikut Nabi Isa.

Author

SEO Specialist - Started learning SEO in 2018 and delved deeper into it in 2020. Currently, I'm a full-time blogger, building and developing several personal websites.

Write A Comment